Berdamai (Edisi Kontemplasi)

Tahun ketiga hidup di surabaya.
Tahun ketiga Hidup mandiri
Sendiri.
Makan, makan sendiri.
Tidur, tidur sendiri.
Cuci baju sendiri
Wajar bila kontemplasi menjadi hobi

Sejauh ini alur perantauan berjalan begitu nyaman
Fase adaptasi sudah terlewati
Fase transisi sudah disiasati
Walau tak segalanya terlintas mulus
Teranggap diri berhasil lulus dari fase fase itu
Semoga saja benar.

Segala hal yang dianggap memberatkan dan menyusahkan,
Kini sudah jadi bagian dari kebiasaan dalam keseharian.
Tak lupa pula pola pikir baru pun terlahirkan berkat akulturasi budaya yang tak disengaja.
Yah begitulah kehidupan.
Sangat lekat dengan perubahan
Yang kadang jadi kawan
Yang dilain sisi, kadang pula jadi lawan.

Andai boleh jujur
Waktu dan lingkungan tlah bentuk ulang pribadi.
Jernihkan pandang naif nan arogan
Yang terkadang terlalu angkuh
Tuk sekedar mengalah
Yang terkadang terlalu menanggapi
Tipu muslihat imajinasi
Yang terkadang terlalu mengayomi
Penghakiman pada kelemahan diri

Subjektivitas dalam evaluasi
Dahulu seakan sulit terhindari
Seringkali definisi "pantas" disalah artikan
Seringkali pula definisi "andai" disalah gunakan
Tujuannya tak lain dari
Menyalahkan diri sendiri
Atas segala kebodohan
Atas segala kelalaian
Atas segala kenaifan
Atas segala kesiasiaan
Tiada ujungnya.
Ia kan terus salahkan apa yang telah tertuliskan
Lantas, apa yang bisa pena lakukan?

Tersadarlah kemudian
bahwa slalu ada kuasa dan kehendak
Yang adil dan tak memihak
Yang membawa sejuk, bukan makin merusak
Ia menawarkan damai
Tanpa Paksaan, Tanpa Tuntutan, Tanpa Ancaman
Dengan siapa? masa lalu.
Yang terbiasa tuk dikambinghitamkan
Namun Sulit tuk dilupakan
Yang nampak kekal dalam ingatan
Menempa butir keresahan
Yang kian menggunung dalam pikiran
Berikan celah pada kegilaan

Dalam kontemplasi yang direpetisi
Batin dan Logika pun temukan solusi
Tersadarlah kembali bahwasanya
Tiada pilihan alternatif yang mungkin terjadi
Hanya satu ini.

Lari dari kenyataan
bukanlah penawar instan
Mustahil ada nyaman
Bila yang berlalu tak dimaafkan
Ya kini kau mengerti
Relakanlah ia melebur di udara
Menyatu bersama alam
Menghapus segala muram

Setelahnya,
Yang sempit kini jadi ber-ruang
Tiada lagi sesal dalam kenang
Yang dendam kini tlah berpulang
Tiada lagi ia menyerang
Yang khawatir, kini ia tlah tenang
Tiada lagi ia bernafas kencang

Slalu ada jawaban dibalik "mengapa"-nya
Namun tak semuanya mesti dijelaskan
Slalu ada makna dibalik jawaban-nya
Namun tak semuanya mesti dijabarkan..
Tampak luarnya tersurat
Namun "isi"-nya tak demikian
Butuh perenungan, butuh kedewasaan
Tuk sekedar memaafkan
Tuk capai perdamaian

Dan kini aku telah sepenuhnya damai.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temen - temen di 9D

Technopreneurship, Dongkrak IPK, Dan Refleksi diri

Buku Tahunan Part 1